Kawan,
Pada penghujung tidurku semalam, bayangmu lintas di depan mataku. Entah mengapa malam ini memory yang tersimpan dalam alam bawah sadarku tertarik keluar. Aku sadar bahwa setiap kenangan yang tersimpan dalam hardisk otak kita selamanya tak akan pernah hilang. Hanya tertutupi dengan memory-memory berikutnya, sehingga terkadang kita lupa akan masa lalu kita. Namun malam ini memory itu muncul bagaikan slide-slide dalam microsoft power point yang berisi wajah - wajah kalian.
Satu per satu dalam hitungan detik muncul secara bergantian. Atau laksana nada-nada yang menyusun sebuah harmoni yang merdu. Merangakai simfoni kerinduan.
Kawan,
Ada satu momen dimana kita pernah tertawa bersama. Ada satu kejadian kita pernah menangis bersama. Dan ada banyak kenangan ketika kita beradu pendapat, saling ejek, saling mengatakan 'tumpul' hingga saling marah pun pernah kita lakukan. Dahulu mungkin hal itu menyakitkan bagi kita, tetapi malam ini aku merindukannya. Malam ini aku merasa ingin mengulang kembali cerita itu.
Kawan,
Aku ingin melukis wajah-wajahmu di lukisan kehidupanku. Kelak ketika kita sudah dewasa, maka lukisan itu akan menjadi hiasan di dinding rumah kita, yang setiap saat bisa kita resapi dan mengingatkan bahwa kita selalu menolak untuk menjadi koma. Selalu menolak untuk kalah terhadap keadaan. Selalu tersenyum kembali setelah caci dan benci. Dan hilanglah kekusutan jalinan itu dalam sebuah simpul ketulusan.
Kawan,
Hal yang paling berharga memang adalah saat kita telah kehilangan hal tersebut. Dahulu mungkin canda kita, tawa kita bahkan marah kita bukanlah sebuah hal yang begitu berharga. Tetapi, saat ini ketika semua itu telah menjadi kenangan entah mengapa aku merasa bahwa hal tersebut menjadi bagian yang paling indah. Kenangan.
Detik demi detik pada saat itu menjelma menjadi mutiara yang terpendam dalam lautan memory hidup kita
.

Kawan,
Jikalau saat ini kita masih bersua, maka aku ingin berikan yang terbaik dalam setiap detikku.
Aku ingin beri engkau bunga...
berdiri menanti di depan pintu
dikala mentari pagi mulai beranjak dari batas langit
ketika tetes embun masih bergayut erat di dedaunan
ketika hati masih sepi dari rasa pedih
ketika pikiran belum terisi hal yang kan menyesakkan dada
Aku ingin beri engkau bunga...
seperti kala itu
menyaksikan dirinya terpesona
wajahnya memerah haru
seraya mendekap erat setangkai bunga terbaik
pilihan untuk dirinya yang berharga
Aku ingin beri engkau bunga...
sebelum masanya usai
sebelum awan kelabu semakin menghalang pandang
dari langit biru cerah indah
Aku ingin beri bunga...
meraih jemarimu
mengayunkan langkahnya dari balik pintu
berlari kecil seraya menikmati udara pagi yang masih segar
indahnya mentari pagi dan kicau burung
dengan goresan senyum kita berdua
Aku ingin beri engkau bunga...
esok pagi aku akan datang
memberikan bunga terbaik
berharap untuk mengulangi masa indah
bersama dirimu
sebelum semuanya mungkin berakhir
catatan: triyanto p nugroho
(ketua bem fise uny 2009)